Kecelakaan Kerja di Proyek Konstruksi [3]

1 comments

Salah satu langkah untuk lebih meminimalisasi angka kecelakaan dalam sebuah proyek konstruksi bangunan gedung, adalah sebuah sistem kontrol pada manajemen dan kualitas proyek secara menyeluruh ( Total Quality Management ; TQM ). Mulai dari pemilik proyek sampai pada manajemen dan pelaksana proyek, melaksanakan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja secara menyeluruh.

Nah, sehubungan dengan adanya kebijakan ini, gue sempet ngobrol dengan Pak Winardi (dosen Teknik Sipil Undip). Di obrolan tersebut, beliau menyarankan perlunya sebuah klausul kontrak atau kebijakan secara menyeluruh dari pemilik proyek sampai pada pelaksana di lapangan. Klausul kontrak atau kebijakan ini memuat dan menjamin aturan – aturan yang harus ditaati pada oleh semua level manajemen dan pelaksana dalam proses pelaksanaan proyek dari awal pelaksanaan sampai akhir pelaksanaan proyek. Kebijakan ini dapat dicontohkan sebagai berikut :
  1. Dari pihak pelaksana dan pihak manajemen proyek harus mematuhi dan melaksanakan prosedur keselamatan kerja yang sudah ditetapkan.
  2. Jika terdapat pelanggaran pada prosedur yang sudah ditetapkan tersebut, maka pelanggar ( pekerja ) akan dikenai sanksi peringatan atau denda. Hal yang sama juga berlaku pada pihak manajemen proyek.

Dari pihak manajemen proyek juga membentuk sebuah panitia untuk mengontrol dan mengevaluasi jalannya pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja. Pak Koesmargono (Tentang beliau, bisa dilihat di tulisan gue sebelumnya, Kecelakaan Kerja di Proyek Konstruksi [2]) juga berpendapat bahwa adanya klusul kontrak adalah salah satu solusi yang tepat.

Tentunya, penerapan klausul kontrak ini akan lebih baik jika semua pihak mulai dari pemilik proyek sampai pelaksana proyek terlibat secara penuh.

Nah, bagaimana penerapannya secara konkrit? Di Jakarta, gue lihat di setiap proyek konstruksi bangunan gedung, paling tidak selalu ada satu spanduk besar berisi pesan untuk mengutamakan keselamatan kerja. Apakah pesan dalam spanduk aja udah cukup? Tentunya nggak.

Ada sebuah cerita menarik yang gue dapat dari kolega gue semasa gue masih bekerja di sebuah konsultan sipil. Di sebuah proyek konstruksi gedung di Bandung, metode pelaksanaan TQM dengan sungguh-sungguh.

Setiap saat, pada waktu jam kerja, maka akan ada beberapa pengawas dari manajemen yang selalu berbekal kamera digital. Mereka merekam bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh para pekerja, termasuk juga pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manajemen atau pengawas ketika mereka meninjau proyek.

Pelanggaran seperti: tidak memakai helm pengaman, tidak memakai sepatu boot, merokok pada waktu bekerja dan bentuk pelanggaran terhadap larangan-larangan yang lain (yang tentunya, larangan-larangan tersebut sudah disepakati bersama sebelum proyek dilaksanakan), direkam dengan menggunakan kamera tersebut. Nah, konsekuensi dari pelanggaran ketentuan keselamatan kerja adalah berupa denda. Tingkatan dendanya pun bermacam-macam. Mulai dari Rp. 10.000 sampai Rp. 150.000, diberlakukan untuk jenis pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat. Pemutusan hubungan kerja juga termasuk di dalam sanksi ketika pelanggaran yang dilakukan tergolong berat, seperti misalnya pencurian bahan bangunan.

Denda yang diberlakukan pun berbeda. Denda pada pekerja/tukang, tidak seberat denda untuk mandor atau orang-orang dari level manajemen.

Nah, pelanggaran tersebut akan diumumkan pada papan pengumuman, dan denda akan langsung dipotongkan dari gaji pekerja yang bersangkutan. Mereka nggak akan bisa berdalih dong.. Kan ada bukti foto :D

Menarik banget kan?

Menurut gue, pelaksanaan prosedur K3 di Indonesia masih berkesan setengah hati, karena para pelaksananya sendiri masih belum menyadari pentingnya prosedur K3 ini bagi diri mereka sendiri. Rendahnya pendidikan para pekerja level bawah selalu jadi alasan klasik. Tapi ini memang mau nggak mau harus cepat dirubah. Kalau bisa, ada badan khusus untuk melakukan audit pelaksanaan K3 pada proyek konstruksi.

Nggak usah jauh-jauh nyari perbandingan. Mari kita lihat Australia misalnya, K3 kita jauh ketinggalan. Proses pengawasan dan audit mereka luar biasa ketat. Nggak main-main, jika ada pelanggaran fatal prosedur K3, maka izin perusahaan bisa langsung dicabut! Sementara di negara kita? Aduh.. Boro-boro diaudit. Jamak gue denger ada pekerja tewas, perusahaan malah mau damai aja sama keluarganya... di negara kita. Nyawa masih bisa dinegosiasikan. It's sad but true.

So... Seri tulisan Kecelakaan Kerja di Proyek Konstruksi udah gue kelarin di tulisan kali ini. Moga-moga aja, kalian yang mampir kesini, dan bisa punya peran dalam membantu keselamatan para pekerja konstruksi kita, bisa melakukan sesuatu pada undang-undang K3 kita yang udah uzur itu.. Amin!


Recommended reading:
- WORKPLACE SAFETY & HEALTH GUIDELINES
- Workplace Safety & Health
- Workplace Safety & Health (Singapore)

Labels: ,

posted @ 7:31 PM   1 comments

 


Kecelakaan Kerja di Proyek Konstruksi [2]

4 comments

Yes, langsung aja, melanjutkan dari tulisan sebelumnya...

Jadi gini, dari penelitan yang gue lakukan. Beberapa item utama yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja
2. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat cedera ringan

3. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat cedera berat

4. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat cacat

5. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat kematian


Nah, kemudian item utama ini disokong oleh beberapa item pendukung yang diteliti dari beberapa orang responden, item pendukung tersebut adalah:

1. Status pekerjaan
2. Lamanya pengalaman kerja
3. Pernah - tidaknya mengalami kecelakaan kerja

4. Tingkat cedera yang sering terjadi pada kecelakaan kerja

5. Tahapan pekerjaan proyek yang rawan kecelakaan

6. Ketinggian bangunan yang paling beresiko terjadi kecelakaan

7. Faktor yang paling berpengaruh pada kecelakaan kerja

8. Tingkatan penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja.


Hasil penelitian yang didapatkan berupa item utama dan item pendukung selanjutnya diolah untuk mengetahui jenis pekerjaan beresiko tinggi dan faktor pendukung terjadinya kecelakaan tersebut. Adapun urutan analisis data adalah :

1. Menyusun item utama dan item pendukung dalam tabel

Penyusunan jenis – jenis ini dalam tabel bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam pengelompokan dan penilaian pada jenis yang sudah ditentukan sesuai tujuan penelitian. Untuk memudahkan pembuatan tabel, maka jawaban yang diberikan oleh responden akan diberikan kode dan kemudian disusun ke dalam tabel.

2. Pemberian skor

Pemberian skor bertujuan untuk memudahkan penilaian terhadap item – item yang diminati. Semakin tinggi minat responden terhadap jenis tersebut, maka skor yang diberikan juga tinggi.

3. Membuat perangkingan

Dari jawaban responden akan dibuat urutan pekerjaan yang beresiko kecelakaan tertinggi. Urutan ini akan didasarkan dari hasil atau output dari metode frequencies SPSS 11.5 dan untuk respon dari responden akan diuji dengan multiple response pada program SPSS 11.5. Dari dua metode ini juga akan diketahui jumlah data yang valid dari sebuah variabel.

4. Uji keselarasan Kendall

Uji keselarasan Kendall adalah salah satu metode pengujian akan keselarasan jawaban responden.

5. Korelasi Kendall

Dari data yang diperoleh akan diuji apakah terdapat variabel yang saling mendukung. Yang dianalisis disini adalah hubungan kecelakaan kerja dengan faktor ketinggian, kemudian faktor pengalaman dan kelengkapan alat.

Di sini gue nggak akan membahas sistem scoring yang gue lakukan, karena ribet banget jelasinnya. Heheh. Yang jelas, faktor-faktor seperti lama pengalaman kerja, posisi/jabatan pekerja di proyek, lokasi ketinggian item pekerjaan, semuanya masuk dalam rumusan scoring.
Untuk wacana responden bisa kalian lihat di gambar berikut:



Nah, dari hasil olahan data, item pekerjaan yang paling beresiko menimbulkan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan Bekisting ( 40 % )
2. Pekerjaan Atap ( 17.1 %)

3. Pekerjaan Kayu ( 14.3 %)

4. Pekerjaan Scaffolding ( 11.4 %)
5. Pekerjaan Penulangan ( 5.7 %)

6. Pekerjaan Dinding ( 5.7 %)

7. Pekerjaan Batu ( 2.9 %)

8. Pekerjaan Pengecoran ( 2.9 %)




Dari sekian banyak variabel data yang diolah, hasilnya nggak terlalu berbeda. Baik pada resiko terjadinya kematian, cedera berat, cedera sedang dan cedera ringan. Pekerjaan bekisting menempati urutan teratas.

Periode pelaksanaan pun ternyata juga berpengaruh pada angka kecelakaan kerja. 88.6% kecelakaan terjadi pada saat proyek pembangunan konstruksi gedung mencapai 50% sampai selesai. Yang mana masuk akal banget. Karena otomatis, lokasi ketinggian pekerjaan juga akan bertambah seiring dengan prosentase penyelesaian proyek.

Sedangkan faktor yang paling berpengaruh pada terjadinya kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:

1. Kelalaian pekerja ( manusia ) ( 74.3 % )
2. Kelengkapan alat kerja (5.7 % )

3. Kelengkapan alat keselamatan kerja ( 2.9 % )


Nah, dari hasil pengolahan data lebih lanjut, diketahui bahwa jenis pekerjaan yang paling sering terjadi atau terdapat kecelakaan kerja adalah jenis pekerjaan bekisting ( 40 % ). Kecelakaan yang sering terjadi pada pekerjaan bekisting disini yang dimaksudkan oleh para responden lebih sering terjadi pada saat pembongkaran bekisting. Pekerjaan atap menempati urutan kedua ( 17.1 % ). Pada penelitian yang dilakukan oleh Diyarto dan Agus pada kontraktor kelas C, diketahui bahwa angka kecelakaan terbesar terjadi pada saat pekerjaan bekisting ( Agus dan Diyarto, 2002 ).


Tingkat cedera yang sering terjadi pada saat pembongkaran bekisting adalah cedera ringan (lihat gambar di atas), hal ini biasanya disebabkan oleh serpihan kayu dan paku pada struktur bekisting yang dibongkar menusuk tangan pekerja yang bersangkutan, terpukul palu juga salah satu penyebab cedera yang terjadi. Sedangkan cedera ringan yang terjadi pada pekerjaaan kayu disebabkan oleh tergoresnya tangan pekerja oleh serpihan kayu, terluka karena tergores gergaji dan tertusuk paku.


Sementara untuk tingkat cedera berat (lihat gambar di atas). Cedera yang sering diderita oleh pada bekerja adalah patah tulang, gegar otak. Pada pekerjaan bekisting ( 25.7 % ), cedera ini terjadi akibat terjatuh dari ketinggian atau tertimpa struktur bekisting. Biasanya terjadi pada pemasangan atau pembongkaran struktur bekisting lantai 2 ke atas, terjatuhnya pekerja sering terjadi akibat kurang kokohnya lantai kerja atau scaffolding tempat pekerja tersebut melakukan perkerjaaan struktur bekisting. Cedera berat juga sering terjadi pada pekerjaan atap. Pekerja tergelincir dari struktur atap dan terjatuh. Juga terdapat kasus benda yang terjatuh dari struktur yang dikerjakan di ketinggian, jatuh menimpa pekerja lain yang bekerja di bawah. Pekerja yang bekerja pada stuktur atap mempunyai resiko terjatuh yang tinggi karena para responden menyatakan bahwa kehadiran sabuk pengaman sering menyebabkan pekerja tidak nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga para pekerja yang bekerja di struktur atap jarang menggunakan sabuk pengaman.

Nah, pada penelitian gue, ternyata kecelakaan yang berujung pada kematian paling sering terjadi pada pekerjaan atap. Jatuh dari lantai 8 dengan alat pengaman lengkap aja udah hampir pasti Innalillahi. Apalagi nggak pake?

Moreover, hasil penelitian gue diamini oleh Ir. A. Koesmargono,. MCM, Phd., dari Universitas Atma Jaya Jogjakarta (moga-moga beliau nggak keberatan namanya gue cantumin di sini). Beliau berpendapat bahwa ada kesesuaian pada hasil jenis kecelakaan yang diteliti dengan data kecelakaan secara global. Pada proyek konstruksi bangunan gedung, kecelakaan sering terjadi pada :

1. Pekerjaan struktur yang berada di ketinggian
2. Pekerjaan penggalian

Kesesuaian yang dimaksud disini, bahwa kecelakaan pada pekerjaan bekisting yang didapatkan dari jawaban responden, adalah pekerjaan bekisting pada ketinggian struktur di atas dua lantai. Btw, gue jadi inget kalo gue belum kirim hasil penelitian gue ke beliau.. Maaf ya Pak :D

So.. that’s about it. Untuk tulisan K3 selanjutnya gue akan membahas tentang solusi K3 berdasarkan TQM. Di mana Untuk lebih meminimalisasi angka kecelakaan yang terjadi maka perlu diadakan sebuah sistem kontrol pada manajemen dan kualitas proyek secara menyeluruh ( Total Quality Management ; TQM ). Mulai dari pemilik proyek sampai pada manajemen dan pelaksana proyek, melaksanakan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja secara menyeluruh.

Until then, sabar ya bos! :D

Recommended reading:

- Gana Juniarto dan Ristiantoro Indro, 2001, PENGENDALIAN KERUGIAN BIAYA PROYEK AKIBAT KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN KAMPUS TERPADU UNIT VII UII YOGYAKARTA. Tugas Akhir Teknik Sipil UII Yogyakarta
- Koesmargono, 2004, CONSTRUCTION SAFETY MANAGEMENT.

- R.W King dan R. Hudson, 1981, CONSTRUCTION HAZARD AND SAFETY HAND BOOK. Butterworths, London.
- International Labour Organization Geneva, 1989, PENCEGAHAN KECELAKAAN. PT PUSTAKA BINAMAN PRESSINDO.
- Bennet N.B. Silalahi dan Ratumondang B Silalahi, 1991, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA. PT. PUSTAKA BINAMAN PRESSINDO.
- Herbert Spirer dan Louise Spirer, 1997, ANALISIS DATA UNTUK MEMANTAU HAM. Penerbit ITB Bandung.
- Singgih Santoso, 2000, SPSS 9, MENGOLAH DATA STATISTIK. PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO
- Sutrisno Hadi, METODOLOGI RESEARCH, 2000. PENERBIT ANDI YOGYAKARTA
- Singgih Santoso, 2002, SPSS 10, MENGOLAH DATA STATISTIK SECARA PROFESIONAL. PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO

Labels: ,

posted @ 7:07 PM   4 comments

 


The Tiger Rising

0 comments

Sering kali tanpa kita sadari, kita terus menerus menyimpan kenangan yang menyakitkan. Mengurung luka itu di dalam hati kita tanpa berusaha melepaskannya. Dan menurut gue, luka di hati, adalah luka yang paling kronis dan berbahaya. Sakitnya luar biasa perih, dan jika terus dibiarkan, luka itu akan mengerogoti tubuh tanpa kita sadari.

Kok jadi gloomy gini sih gue? heheheh

Anyways, bicara tentang menyembuhkan luka hati... Ada buku yang bagus banget!

Buku ini bercerita tentang Rob Horton, seorang anak penyendiri yang hidup bersama Ayahnya. Tak lama setelah ibu Horton, Caroline, meninggal. Rob dan ayahnya pindah dari Jacksonville ke Florida.

Rob yang penyendiri jadi sasaran bully teman-teman sekolahnya. Sampai pada suatu pagi, saat Rob berjalan-jalan di hutan di sekitar motel tempat mereka tinggal, Rob sangat terkejut ketika menemukan seekor harimau.

Harimau yang terkurung dalam sebuah kandang berkarat. Sangat indah, sangat besar, dan terlihat megah. Pada hari itu juga, Rob bertemu Sistine Bailey di bus sekolah.

Sissy atau Sistine, adalah kebalikan dari Rob, dia adalah seorang anak perempuan bermata tajam, yang nggak segan-segan menunjukkan perasaannya, sangat ekspresif.

Setalah Rob menolong Sissy dari gangguan teman sekolahnya, mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Saling mulai untuk belajar mempercayai dan bersahabat.

"Sistine said, "Stop shrugging your shoulders at me. I hate it. I hate the way you shrug all the time."

And that made Rob remember Willie May saying that when he shrugged he looked like a skinny bird trying to fly. It struck him as funny now. He laughed out loud at the thought of it. And without asking him what he was laughing about, without dropping his hand, without stopping, Sistine laughed too.
Then Rob remembered the name of the feeling that was pushing up inside him, filling him full to overflowing. It was happiness. That was what it was called."

You see, bahasa yang digunakan di novel tipis ini bagus banget. Sederhana, tapi metaforisnya kaya dengan sentuhan emosional. Sangat menyentuh hati...

Endingnya pun juga sama sekali nggak gue duga. Nggak seperti happy ending yang gue bayangkan ketika membaca buku ini dari awal menjelang akhir. Tapi setelah gue renungin, gue juga nggak bisa membayangkan ending yang lebih bagus daripada ini.

Gue rekomendasikan buku ini buat dibaca.. banyak pelajaran yang bisa kita petik dari situ. Berikut gue kutip kalimat dari sinopsis di cover belakang buku ini..

"Together they find that some things, like memories and heartache - and tigers - can't be kept locked up for ever."

Labels:

posted @ 5:05 PM   0 comments

 


Si Tukang Sihir

  • Si penyihir
  • Masih berkeliaran di sekitar Jakarta, DKI, Indonesia
  • naek kopaja sambil ngapalin mantra cepet kaya tanpa kerja... di waktu senggang, duduk di depan komputer, sambil ayun tongkat ke kanan, ayun tongkat ke kiri... wuzz.. keyboard-nya ngetik sendiri...
  • My profile

Mantra Baru

Kumpulan Mantra

Jaring Laba-laba



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 2.5 License


Powered by Blogger and Blogger Templates