The Tiger Rising


E-mail this post



Remember me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...



Sering kali tanpa kita sadari, kita terus menerus menyimpan kenangan yang menyakitkan. Mengurung luka itu di dalam hati kita tanpa berusaha melepaskannya. Dan menurut gue, luka di hati, adalah luka yang paling kronis dan berbahaya. Sakitnya luar biasa perih, dan jika terus dibiarkan, luka itu akan mengerogoti tubuh tanpa kita sadari.

Kok jadi gloomy gini sih gue? heheheh

Anyways, bicara tentang menyembuhkan luka hati... Ada buku yang bagus banget!

Buku ini bercerita tentang Rob Horton, seorang anak penyendiri yang hidup bersama Ayahnya. Tak lama setelah ibu Horton, Caroline, meninggal. Rob dan ayahnya pindah dari Jacksonville ke Florida.

Rob yang penyendiri jadi sasaran bully teman-teman sekolahnya. Sampai pada suatu pagi, saat Rob berjalan-jalan di hutan di sekitar motel tempat mereka tinggal, Rob sangat terkejut ketika menemukan seekor harimau.

Harimau yang terkurung dalam sebuah kandang berkarat. Sangat indah, sangat besar, dan terlihat megah. Pada hari itu juga, Rob bertemu Sistine Bailey di bus sekolah.

Sissy atau Sistine, adalah kebalikan dari Rob, dia adalah seorang anak perempuan bermata tajam, yang nggak segan-segan menunjukkan perasaannya, sangat ekspresif.

Setalah Rob menolong Sissy dari gangguan teman sekolahnya, mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Saling mulai untuk belajar mempercayai dan bersahabat.

"Sistine said, "Stop shrugging your shoulders at me. I hate it. I hate the way you shrug all the time."

And that made Rob remember Willie May saying that when he shrugged he looked like a skinny bird trying to fly. It struck him as funny now. He laughed out loud at the thought of it. And without asking him what he was laughing about, without dropping his hand, without stopping, Sistine laughed too.
Then Rob remembered the name of the feeling that was pushing up inside him, filling him full to overflowing. It was happiness. That was what it was called."

You see, bahasa yang digunakan di novel tipis ini bagus banget. Sederhana, tapi metaforisnya kaya dengan sentuhan emosional. Sangat menyentuh hati...

Endingnya pun juga sama sekali nggak gue duga. Nggak seperti happy ending yang gue bayangkan ketika membaca buku ini dari awal menjelang akhir. Tapi setelah gue renungin, gue juga nggak bisa membayangkan ending yang lebih bagus daripada ini.

Gue rekomendasikan buku ini buat dibaca.. banyak pelajaran yang bisa kita petik dari situ. Berikut gue kutip kalimat dari sinopsis di cover belakang buku ini..

"Together they find that some things, like memories and heartache - and tigers - can't be kept locked up for ever."

Labels:


0 Responses to “The Tiger Rising”

Leave a Reply

      Convert to boldConvert to italicConvert to link

 


Si Tukang Sihir

  • Si penyihir
  • Masih berkeliaran di sekitar Jakarta, DKI, Indonesia
  • naek kopaja sambil ngapalin mantra cepet kaya tanpa kerja... di waktu senggang, duduk di depan komputer, sambil ayun tongkat ke kanan, ayun tongkat ke kiri... wuzz.. keyboard-nya ngetik sendiri...
  • My profile

Mantra Lampau

Kumpulan Mantra

Jaring Laba-laba



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 2.5 License


Powered by Blogger and Blogger Templates